Kamis, 15 Desember 2011

Geologi Daerah PT Bukit ASam UPO Sawahlunto


II.1. Geomorfologi Daerah

Bentang alam makro sebagai produk kegiatan Tektonik Global.

  • Pegunungan: Gunung api, Plateau, Kubah, Lipatan (fold), Patahan (fault) dll.
  • Dataran : Dataran Pantai, delta, rawa, danau, Banjir, Sungai dsb.
  • Pantai: Pantai Landai, Berlumpur, Berpasir, Terumbu Karang, terjal, Teluk, dsb

II.2. Ikim dan Cuaca

Factor iklim dan cuaca sangat berpengaruh dalam pertambangan terutama pada pertambangan terbuka. Pada dasarnya iklim bukanlah komponen lingkunga yang terkena dampak, melainkan factor terbesar intensitas dampak seperti erosi lahan dan kestabilan tanah. Diantara factor iklim yang harus dikemukakan adalah faktro curah hujan . Wilayah kota sawahlunto umumnya mempunyai curah hujan tahunan . Selama tahun 2009 mencapai 2.008,50 mm, kompilasi dari hasil penelitian curah hujan selama tahun 2009 dapat dilihat pada table berikut: :

5

Apabila musim hujan tiba, maka kegiatan penambangan akan menjadi terhmbat dan harus dihentikan ketika hujan turun deras, karena kondisi jalan di daerah pertambangan yang licin dan berbahaya.

II.2 Geologi Regional

Seacara umum geologi daerah ini berupa perbukitan yang memanjang dari arah barat laut – Tenggara dengan ketinggian berkisar antara 200- 900 meter di atas permukaan laut.

Kota Sawahlunto terletak pada formasi sawahlunto, batuan yang terbentu pada zaman Eochen sekitar 40-60 juta tahun yang lalu. Para ahli geologi erpendapat bahwa kepulauan nusantara yang kita kenal sekarang ini terbentuk sekitar 4 juta tahun yang lalu. Mereka menduga ketika formasi sawahlunto terbentuk, pulau Sumatra belum ada seperti yang kita kenal saat ini.

Batuan dari zaman pra- terisier yang terangkat ke pemukaan dengan cara struktur garben lalu diendapkan dengan batuan-batuan sedimen yang berumur terisier pada cekugan dan menghasilkan batuan intrusi terisier. Hasil erosi dari batuan intrusi terbawa dan mengendap di sekitar aliran sungai lalu menghasilkan endapan alluvial. Satuan batuan tersebut terdiri dari:

1) Batu Gamping – Argit

2) Batu Granit

3) Konglomerat

4) Batu Lempung- Batu Pasir

5) Batu Lempung- Batu Lanau

6) Batu Pasir

7) Tufa Batu Apung

Dari bentuk topografi yang berkembang dapat ditafsirkan bahwa daerah ini dipengaruhi oleh aktifitas tektonik baik lipatan maupun sesar. Hal ini dapat dilihat dari bentuk sungai yang Menyiku, menandakan bahwa sungai tersebut terbentuk akibat terjadinya celah atau rekahan yang relative merupakan zona lemah. Kemudian air mengerosi sepanjang rekahan. Perbukitan yang terjadi menggambarkan daerah ini telah terjadi pengangkatn dan keudian terbentuk lipatan.

Tanah formasi sawahlunto mengandung butiran pasir yang dapat mengalirkan air. Akan tetapi berdasarkan penampang geologi ombilin diduga air tersebut lolos ke tempat yang lain. Aspek geologi yang sangat perlu mendapat perhatian sangat serius dalam perencanaan dan pengembangan kota Sawahlunto adalah sesar dan Gempa.

II.3. Stratiografi Daerah

Seperti di daerah lain di Indonesia, iklim pada daerah ini adalah tropis dengan suhu berkisar antara 22°C sampi 33°C. Daerah sawahlunto juga berhubungan dengan penujaman lempeng di daerah busur kepulauan, penujaman lempeng terjadi di sebelah barat pulau Sumatra yaitu lempeng Samudra Hindia yang masuk ke lempeng Eurasia. Akibat dari kegiatan tektonik ini terjadi perlipatan ( Fold ), patahan ( Fault ), intrusi dan terbentuknya cekungan Ombilin yang merupakan cekungan antar pegunungan ( inter mountain basin ). Proses selanjutnya batuan terisier mengisi bagian tengah dan atas cekungan iniyang termasuk dalam formasi Brani, formasi sangkawerang, formasi sawahlunto, formasi sawahtambang, formasi ombilin, dan formasi ranau,

Statigrafi sawahlunto berdasarkan umurnya dapat dibagi menjadi dua bagian utama, dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

1) Komplek batuan pra terisier terdiri dari :

a) Formasi Silungkang

Formasi ini dibedakan menjadi 4satuan, yaitu lava andesit, lava basalt, tufa andesit, dan tufa basalt.

b) Formasi Tuhur

Formasi ini dicirikan oleh lempung abu-abu kehitaman berlapisan baik, dengan sisipan-sisipan batu pasir dan batu gamping hitam.

2) Komplek batuan Terisier terdiri dari :

a) Formasi Brani 7

Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batu pasir kasar yangberwarna coklat keunguan dengan kondisi terpilah baik ( well sorted ), padat, keras dan umumnya memperlihatkan adanya suatu perlapisan

b) Formasi Sangkarewang

Formasi ini terdiri dari serpih gampingan sampil napal berwarna coklat kehitaman, berlapis halus dan mengandung fosil ikan serta tumbuhan yang diendapkan pada lingkungan air tawar.

c) Formasi Sawahlunto

Formasi ini merupakan formasi paling penting karena mengadung batubara yang dicirikan oleh batu Lanau, Batu lempung, dan berselingan dengan batubara. Formasi ini diendapkan pada lingkungan sugai.

d) Formasi Sawahtambang

Bagian bawah formasi ini dicirikan oleh beberapa siklus endapan yang terdiri dari batu pasir konglomerat tanpa adanya sisipan lempung atau batu lanau.

e) Formasi Ombilin

Formasi ini terdiri dari lempung gampingan, napal, dan pasir gampingan yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis, dan mengandung fosil.

f) Formasi Ranau

Formasi ini terdiri dari tufa, breksi, batu apung berwarna abu-abu kehitaman.

Proses penambangan batubara pada saat ini terletak di bagian barat cekungan ombilin dan terdapat pada formasi sawahlunto yang terdiri dari batu lempung ( clay stone ), batu pasir ( sand stone ), dan batu Lanau ( silkstone ) dengan sisipan batubara. Formasi sawahlunto ini terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu jalur yang menjurus dari Sawahlunto sampai ke Sawahrasau dan dari Tanah Hitam terus ke timur dan kemudian kea rah utara yang disebut Parambahan.

II.5. Cadangan dan Kualitas batubara

a. Cadangan Batubara

Endapan batubara yang terdapat di Ombilin terbagi menjadi 3 lapisan, yaitu lapisan A, B, dan C dengan susunan sebagai berikut :

1. Lapisan A, Mempunyai ketebalan antara 1,5 – 2,7 meter dengan kemiringan 3° sampai 18° dan ketebalan overburden antara 40-300 meter

2. Lapisan B1, mempunyai ketebalan antara 0,6- 1,5 meter dengan kemiringan 3° sampai 23° dan tebal interburden 10-15 meter 9

3. Lapisan B2, mempunyai ketebalan antara 0,8- 1,5 meter dengan kemiringan 3° sampai 23° dan tebal interburden 0,8- 3 meter

4. Lapisan C, mempunyai ketebalan antara 5,0- 7,0 meter dengan kemiringan 3° sampai 24° dan tebal inteburden 14- 20 meter

Cadangan batubara yang ada sekarang merupakan hasil perhitungan cadangan bagian eksplorasi PT. Tambang Batubara Bukit Asam ( Persero ) Tbk, Unit Penambangan Ombilin tahun 2002. Cadagan batubara terdiri dari cadangan batubara tambang terbuka, meliputi daerah- daerah Tanah Hitam, Kandi, Sawahluwung, Sawah Rasau V, dan Sigalut, keterangan lebih lengkap lihat table di awah ini :


b. Kualitas Batubara

Menurut klasifikasi ASTM ( American Society for Testing Material ) Batubara ombilin termasuk dalam Bituminous High Volatile B dengan nilai kalori 6.800 – 7200 kcal/kg. Hasil ini didapat dari analisa Proximate dan analisa Ultimate yang menunjukan kadar belerang dan kadar abu yang rendah sedangkan bobot isi rata-rata batubara dari hasil eksplorasi adalah 1,30 tom/m.


Tidak ada komentar: