Kamis, 15 Desember 2011

Ekslusif : CSR PT. Freeport Bidang Kesehatan


Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian yang terintegral dalam upaya mencapai

tujuan pembangunan berkelanjutan. Maka dari itu pembangunan bidang kesehatan adalah

sangat perlu untuk diupayakan agar dapat menjangkau segala lapisan masyarakat guna

menghasilkan sumberdaya manusia yang sehat, berkualitas dan produkti f. Dengan masyarakat

sehat, maka pertumbuhan sektor lain seperti pendidikan dan perekonomian dapat turut

meningkat.

Tujuan dari pembangunan kesehatan ti dak hanya terbatas pada penyediaan pelayanan kesehatan

yang layak namun lebih jauh lagi dimaksudkan agar masyarakat dapat:

• Hidup dalam lingkungan yang sehat

• Mempraktekkan perilaku hidup sehat dan bersih

• Mampu menyediakan, menjangkau dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak

• Memiliki derajat kesehatan yang ti nggi

PTFI dan LPMAK bekerjasama dengan mitra-mitranya terus berupaya mendukung peningkatan

kesehatan masyarakat lewat penyediaan pelayanan kesehatan di Kabupaten Mimika melalui

keberadaan Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM), Rumah Sakit Waa Banti (RSWB) serta

beberapa unit klinik yang tersebar di beberapa kampung target. Di samping itu PTFI dan

LPMAK selalu akti f mendorong inisiati f masyarakat

dan bekerjasama dengan pemangku kepenti ngan

pembangunan di Kabupaten Mimika.

Hingga saat ini telah terjalin hubungan yang cukup erat

antara pemerintah, PTFI dan LPMAK lewat berbagai

kerjasama yang telah disepakati dimana pemerintah

lewat dinas terkait berperan sebagai penyedia sarana

pelayanan kesehatan dan pihak swasta yang dalam hal

ini PTFI dan LPMAK mempunyai fokus lebih besar dalam

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

Untuk meningkatkan efekti vitas Program Pengembangan

Masyarakat PTFI, pada tahun 2010 Departemen Public

Health and Malaria Control (PHMC) PTFI telah diubah

sebagai sebuah secti on pada Departemen Sosial Outreach

and Local Development (SLD). Program-program yang

dijalankan pada secti on ini menggunakan biaya operasional

PTFI dan berfokus pada program kesehatan masyarakat terutama dalam pemberantasan

malaria, TB dan penyakit menular seksual seperti HIV & AIDS; serta menyediakan pelayanan

kesehatan di 4 klinik di 4 lokasi. Secara fungsi PHMC terbagi dua yaitu Community – PHMC

(C-PHMC) dan Industrial – PHMC (I-PHMC). C-PHMC mempunyai fokus pelayanan dan jangkauan

kepada masyarakat umum yang bukan karyawan PTFI dan kontraktor sedangkan I-PHMC lebih

berfokus pada pemangku kepenti ngan di internal perusahaan seperti karyawan dan keluarganya.

Saat ini I-PHMC dikelola oleh Internati onal SOS, bertugas untuk melakukan penyuluhan dan

pemantauan di lingkungan PTFI termasuk pemantauan sisi higienis lingkungan messhall dan

dapur yang dikelola PT Pangansari Utama dalam menyediakan makanan bagi seluruh karyawan

serta fasilitas-fasilitas lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat di dalam PTFI.

C-PHMC berada dibawah payung Departemen SLD memiliki tugas memberikan pelayanan

kesehatan yang bersifat preventi f dan kurati f bagi masyarakat umum di beberapa kampung

target seperti pengelolaan klinik SP 12, SP 9, Nayaro dan Pomako. Disamping itu C-PHMC

bekerjasama secara erat dengan LPMAK dan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam menjalankan

program kesehatan di puskesmas-puskesmas maupun lokasi-lokasi target. Kegiatan penyuluhan

dan pengendalian penyakit menjadi fokus utama dari kerjasama ini.

1. Program Kesehatan Masyarakat

Program kesehatan masyarakat merupakan bagian dari program pembangunan kesehatan

nasional dengan tujuan utama meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat

melalui peningkatan kualitas hidup serta upaya pencegahan terhadap penyakit yang ada

dengan ti dak mengesampingkan upaya-upaya penyembuhan terhadap penyakit yang telah

terjadi. Meskipun terdapat peningkatan upaya-upaya dari tahun-tahun sebelumnya namun

masih banyak pula masyarakat di area-area tertentu yang belum terjangkau dengan pelayanan

kesehatan yang memadai karena pemahaman masyarakat yang minim tentang perilaku hidup

bersih dan sehat.

Sesuai dengan fokus PTFI dan LPMAK untuk berperan dalam pemberdayaan masyarakat maka

fokus program kesehatan masyarakat adalah di bidang: Kesehatan Ibu dan Anak; Pengendalian

Malaria; Pengendalian HIV & AIDS; Pengendalian TB; serta Air bersih dan Sanitasi, dimana pada

masing-masing program kesehatan masyarakat tersebut terdapat komponen –komponen:

• Promosi dan Pendidikan Kesehatan

• Menyediakan Media Promosi Kesehatan

• Pelati han dan pemberdayaan masyarakat

• Program Survey dan surveillance

• Program berbasis kampung

Pada tahun 2010 kegiatan kesehatan masyarakat LPMAK masih ditujukan pada wilayah sasaran

di ti ngkat distrik, secara khusus di 4 distrik yang sudah ditargetkan sejak 2009 lalu yaitu: Mimika

Barat, Mimika Timur Jauh, Agimuga dan Tembagapura.

Bagian Pendidikan Kesehatan dan Promosi yang bertugas di PHMC bagian Masyarakat Lokal

(C-PHMC ) telah melakukan kegiatan promosi dan pendidikan kesehatan bagi sekitar 139.000

dalam bentuk diskusi kesehatan, sesi kelompok dan maupun dalam bentuk acara khusus seperti

Hari AIDS Sedunia, Hari TB Sedunia dan sebagainya. Topik yang diangkat berhubungan dengan

masalah kesehatan masyarakat, gaya hidup sehat dan epidemi penyakit seperti : Malaria, TB, HIV,

bahaya merokok, posyandu, bahaya alkohol, penyakit cacingan, demam berdarah, kebersihan

lingkungan, diare, infeksi saluran pernapasan akut, nutrisi, kesehatan anak serta hak asasi

manusia. Sebanyak 24.756 materi promosi dan media telah didistribusikan kepada masyarakat

seperti poster, brosur, sti ker dan kondom.

1.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak

Program ini dilakukan LPMAK bekerjasama dengan YPCII (Yayasan Pembangunan Citra Insan

Indonesia) yang sebelumnya disebut sebagai PCI (Project Concern Internati onal). Fokus

kegiatan adalah peningkatan dan memperkuat program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di

kampung-kampung target yang telah diselenggarakan sejak tahun 2008 dengan program

bernama “Membangun Inisiati f Masyarakat, Ibu, Keluarga dan Anak Sehat” atau disingkat

“MIMIKA Sehat” dimana telah ditempatkan beberapa fasilitator lapangan di 12 kampung

(meningkat dari 9 kampung di tahun 2009) target untuk melanjutkan kegiatan ruti n berupa

revitalisasi Posyandu, program Pos Anak Sehat (PAS) dan Tempat Belajar Mama (TEMBEM),

sebuah program pendidikan kesehatan bagi para ibu, Pos Obat Kampung, Pos Malaria

Kampung.

Pada tahun 2010 ini juga, LPMAK bekerjasama dengan YPCII melakukan pelati han bagi

para pelati h (training for trainer) mengenai “Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis

Masyarakat (MTBS)”. Pelati han ini diberikan kepada bidan dan fasilitator masyarakat dari

beberapa kampung agar mereka dapat membantu para kepala kampung untuk melati h

masyarakat untuk menangani penyakit pada anak-anak mereka. Juga beberapa pelati han

lainnya diantaranya pelati han Juru Malaria Kampung, Penyegaran program Pelayanan

Kesehatan Bersumber Masyarakat (PKBM), Pelati han Pengelolaan Sampah.

Pencapaian signifi kan dari program KIA di 12 kampung sasaran adalah:

• Mendukung pelaksanaan 12 Posyandu dengan ti ngkat parti sipasi 52% dari total

balita di area pelayanan Posyandu yang ditargetkan, dimana 51% dari balita tersebut mengalami peningkatan berat badan.

Melakukan program gizi s • ecara ruti n di 4 sekolah.

• Bersama masyarakat membentuk 10 ti m kesehatan di 10 kampung.

• Melakukan sosialisasi perilaku hidup sehat kepada masyarakat di 12 kampung

sasaran.

• Mengaktifkan Pos Obat Kampung di 5 kampung Kamoro.

1.2 Pengendalian Malaria

Sampai saat ini malaria masih merupakan salah satu penyakit penyebab angka kesakitan

terti nggi di kabupaten Mimika, khususnya di daerah dataran rendah. Data dari RS Mitra

Masyarakat (RSMM) yang terkumpul sejak tahun 2005 menunjukkan bahwa Malaria selalu

berada di tempat kedua setelah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) penyebab pasien

sakit, dan merupakan penyakit terbanyak pada unit rawat inap. Karena itu pengendalian

Malaria merupakan salah satu fokus utama program kesehatan masyarakat.

Kegiatan program Pengendalian Malaria oleh PTFI telah mulai terlaksana sejak tahun

1992 melalui Departemen Public Health and Malaria Control (PHMC), bersamaan dengan

pembangunan proyek infrastruktur di dataran rendah. Kegiatan program dilakukan khusus

pada beberapa area perumahan karyawan PTFI dan masyarakat yang di-relokasi karena

pembukaan tambang yang saat ini dikelola oleh I–PHMC.

Dalam hal pengendalian malaria di masyarakat umum, biro Kesehatan LPMAK telah

bekerjasama secara erat dengan C-PHMC dan Dinas Kesehatan Mimika dalam berbagai

program pengendalian malaria di kabupaten Mimika. Kerjasama yang dilakukan difokuskan

pada upaya pengendalian, pencegahan dan pelayanan kesehatan bagi penderita malaria.

Beberapa pencapaian pada tahun 2010 yaitu:

• Memberikan pelati han teknik penyemprotan dalam ruangan (Indoor Residual

Spraying) bagi 47 warga lokal dari 4 distrik

• Sosialisasi dan kampanye pencegahan malaria bagi sekitar 4.000 orang dengan

menggunakan media video, brosur dan diskusi kelompok.

• Penyemprotan (IRS: Indoor Residual Spraying) di 22 kampung di 4 distrik (Total

2.354 rumah – mencakup 87% dari jumlah rumah yang ada) serta pendistribusian

1.700 kelambu nyamuk.

• Biro kesehatan LPMAK melakukan peningkatkan standar kualitas dan pengontrolan

contoh sampel malaria bekerjasama dengan departemen Kesehatan Masyarakat

dan Pengendalian Malaria PTFI.

1.3 Penanggulangan HIV & AIDS

Prevelensi HIV & AIDS di provinsi Papua merupakan yang terti nggi di Indonesia, yaitu 2,4%

pada populasi dewasa (Survey Terpadu HIV dan Perilaku, Depkes, USAID, WHO 2006). PTFI

menyadari dampak jangka panjang dari penyakit ini, sehingga sejak 1996 melalui PHMC

telah memulai program penanggulangan HIV dan AIDS di kabupaten Mimika, dan PTFI

merupakan pelopor dalam upaya penanggulangan penyakit ini di Papua.

Upaya yang dilakukan PHMC dan Biro Kesehatan LPMAK meliputi program promoti f,

preventi f sampai kepada program kurati f. PHMC dan LPMAK juga bekerjasama dengan

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) kabupaten Mimika. Pada tahun 2010 LPMAK mendukung

terbentuknya KPA di ti ngkat distrik, sehingga dengan demikian diharapkan pendidikan

pencegahan HIV & AIDS dan perubahan pelaku kepada masyarakat dapat lebih merata.

Untuk mendukung kegiatan tersebut LPMAK, pada tahun 2010 LPMAK kembali merekrut

dan melati h penyuluh lapangan sukarela sebanyak 68 orang sehingga total penyuluh

sukarela akti f berjumlah 70 orang dari total 120 penyuluh yang ada. Para penyuluh

lapangan yang tergabung dalam KPA distrik di wilayah rural yang telah dilati h, juga memulai

mengembangkan kelompok-kelompok dukungan sebaya di kampung-kampung sehingga

diharapkan program sosialisasi pencegahan HIV & AIDS dapat mencapai seluruh lapisan

masyarakat di Kabupaten Mimika.

Untuk diagnosis dan pengobatan serta perawatan penderita HIV dan AIDS, RSMM, telah

ditunjuk oleh pemerintah Indonesia menjadi pusat rujukan pengobatan bagi penderita AIDS

sejak 2005. Kegiatan standar seperti Voluntary, Councelling and Testi ng (VCT) dan Care,

Support and Treatment (CST) telah dilaksanakan oleh petugas terlati h di RSMM. RSMM telah

memberikan pengobatan bagi lebih dari 188 penderita AIDS. Demikian pula dengan RSWB,

rumah sakit ini juga sudah melayani 43 penderita AIDS khususnya yang menetap di wilayah

dataran ti nggi.

Sepanjang tahun 2010 PTFI dan LPMAK terlibat dalam berbagai akti fi tas yang bertujuan

untuk mengurangi penyebaran HIV & AIDS di masyarakat. Program-program yang dilakukan

antara lain:

• Pelati han bagi 13 remaja dan 9 guru untuk menjadi penyuluh sukarela.

• Sosialisasi dan pendidikan tentang HIV & AIDS di 4 distrik untuk sekitar 5.000

orang.

• Menyediakan program VCT keliling di empat distrik dimana 442 orang turut

berparti sipasi.

• Berdirinya dua cabang Komisi Pemberantasan AIDS Distrik (KPAD) di Distrik

Agimuga dan Distrik Tembagapura.

1.4 Sarana Air Bersih dan Sanitasi

Setelah sukses dengan proyek pembangunan sumur dan jamban bagi seluruh masyarakat

kampung Amungun, Aramsolki dan Fakafuku dengan metode pemberdayaan masyarakat,

Pada tahun 2010 PTFI dan LPMAK melanjutkan kegiatan tersebut di beberapa kampung

lainnya. Di kampung Fanamo dan Omawita PTFI dan LPMAK membangun 15 sumur untuk

melengkapi 51 unit fasilitas penampung air hujan yang menyediakan air bersih bagi sekitar

1.000 warga yang telah diselesaikan pada tahun 2009. Sementara itu di kampung Iwaka

dibangun 46 unit fasilitas penampung air hujan yang dibangun dengan menggunakan pola

pengembangan kapasitas masyarakat. Sementara itu 78 jamban keluarga tambahan telah

dibangun di Fanamo, Omawita, Ipiri, Paripi dan Yaraya serta 10 unit penyaring air biosand di

kampung Fanamo dan Omawita.

2. Pelayanan Kesehatan melalui RSMM dan RSWB

Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dan Rumah Sakit Waa Banti (RSWB) adalah rumah sakit

yang didirikan dengan menggunakan Dana Kemitraan PTFI. RSMM dioperasikan oleh Yayasan

Caritas Timika (YCT), sementara RSWB oleh Internati onal SOS.

Pembangunan RSMM dan RSWB pada awalnya dilakukan untuk merespon kebutuhan pelayanan

kesehatan memadai yang begitu ti nggi dan mendesak di Kabupaten Mimika. Sampai saat ini

di kedua rumah sakit tersebut, masyarakat asli lokal mendapatkan subsidi pembiayaan dari

LPMAK. Mereka hanya perlu membayar uang administrasi sebesar Rp. 5.000 sampai Rp.10.000,

sementara biaya pelayanan kesehatan ti dak dibebankan sama sekali. Pada tahun 2010 kedua

rumah sakit tersebut melayani sekitar 123 ribu pasien rawat inap dan rawat jalan, dimana

sekitar 78% diantaranya adalah pasien ti dak mampu yang mendapatkan subsidi penuh.

2.1 Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM)

RSMM merupakan rumah sakit “ti pe C” yang memberikan pelayanan kesehatan secara

paripurna meliputi aspek promoti f, preventi f, kurati f dan rehabilitati f. RSMM menyediakan

pelayanan empat spesialisti k (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak) serta kunjungan

reguler spesialis mata. RSMM telah dilengkapi dengan peralatan penunjang medis yang

canggih untuk mendukung pelayanan.

RSMM dibuka pada bulan Agustus tahun 1999 untuk memberikan pelayanan kesehatan

umum dan rujukan, bagi masyarakat di Kabupaten Mimika, khususnya masyarakat di daerah

dataran rendah. Namun pada operasinya rumah sakit ini juga telah memberikan kontribusi

yang signifi kan bagi pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat dari dataran ti nggi dan

kabupaten-kabupaten di sekitar Mimika.

Jumlah kunjungan pasien di RSMM selama tahun 2010 menunjukkan sedikit peningkatan

pada rawat jalan (1,49%), sebaliknya pada rawat inap sedikit penurunan sebesar 1,55%

dibandingkan kunjungan tahun 2009.

Terdapat beberapa perubahan dibanding tahun sebelumnya yaitu kunjungan pasien yang

ti dak disponsori oleh LPMAK meningkat 16% pada rawat jalan, dan 10% pada rawat inap.

Ada beberapa penyebab yang mungkin terjadi dari peningkatan kunjungan pasien ini seperti

pelayanan di RS pemerintah yang belum terlalu opti mal serta bertambahnya penduduk

Timika, khususnya non-7 suku. Hal tersebut mengubah komposisi pasien RSMM, dimana

pada tahun 2009 kunjungan rawat inap pasien LPMAK dibanding non-LPMAK adalah 77% :

23% pada tahun 2010 menjadi 74% : 26%. Sementara untuk rawat jalan yang sebelumnya

81% : 19%, menjadi 78% : 22%. Perubahan diperkirakan akibat semakin bertambahnya

migrasi penduduk ke Timika dari daerah-daerah lain dan serta karena berfungsinya sistem

rujukan yang telah dijalankan oleh klinik-klinik yang ada.

2.2 Rumah Sakit Waa Banti (RSWB)

RSWB adalah rumah sakit “ti pe D” yang mulai beroperasi pada April 2002, terletak di

Banti , dan melayani masyarakat di wilayah dataran ti nggi. Pengelolaannya diserahkan

kepada Internati onal SOS, suatu perusahaan internasional yang profesional dalam bidang

kesehatan. Selain memberikan pelayanan kesehatan pada aspek kurati f dan rehabilitati f

kepada masyarakat, RSWB juga melakukan kegiatan pada aspek promoti f dan preventi f yang

diintergerasikan dengan program kesehatan masyarakat LPMAK.

Jumlah kunjungan pasien di RSWB selama tahun 2010 menunjukkan sedikit peningkatan

sebesar 1,08% pada rawat jalan, tapi penurunan sebesar 21,32% pada rawat inap

dibandingkan kunjungan tahun 2009. Penurunan kunjungan rawat inap ini kemungkinan

disebabkan oleh hambatan transportasi dari dataran rendah ke dataran ti nggi dan

sebaliknya sehingga transmisi penyakit juga sangat berkurang termasuk Malaria.

Tidak ada komentar: